Bius Indah Dari Feist



“Bermain di Indonesia itu seperti berada di dimensi dunia lain, terutama bagi saya yang tinggal di Kanada,” ucap Leslie Feist di tengah konsernya yang berlangsung semalam (15/2) di Fairground, SCBD, Jakarta.

Feist mengaku, sebelum ini tidak pernah terbersit di pikirannya bahwa suatu saat ia dapat bermain di Indonesia, apalagi dengan seluruh penonton yang tanpa henti menyanyikan lagu-lagunya seperti semalam.

Dan seperti yang dibilang Feist, konser semalam memang seperti membawa penonton ke dalam dimensi lain.

Dengan durasi konser dua jam (yang terhitung lama), Feist membius mata dan telinga penonton untuk dapat terus menyimak dengan khidmat 21 lantunan lagu yang dibawakannya.

Suara Feist mengalir bagaikan air yang dipercikkan dengan muatan emosi yang meledak-ledak seperti kembang api. Penampilannya semakin gemilang melalui permainan gitar yang terdengar kotor namun seksi.

Sebagian besar lagu yang dibawakan semalam diambil dari album teranyarnya, “Metals” yang dirilis bulan Oktober 2011. Dalam album ini, Feist meninggalkan warna terdahulunya yang cerah dengan suara musik yang terpoles untuk beralih ke warna yang lebih gelap, cenderung murung dengan sentuhan suara musik yang mentah.

Suasana itulah yang menyelimuti konser Feist semalam. Promotor Soundshine mengatakan, penjualan tiketnya habis terjual.

Feist dengan iringan tiga musisi dan tiga vokal latar — yang patut diberi kredit atas harmonisasi yang piawai dan tarian yang memikat — memberikan pertunjukan musikal yang intens, dramatis dan hangat.

Kehangatan itu tercermin ketika ia sempat membagi empat bagian suara pada penonton sebelum memulai lagu “So Sorry.” Selain itu, pada beberapa kesempatan, banyak penonton meneriakkan ucapan selamat ulang tahun kepada Feist yang lahir pada 13 Februari. Feist lalu tersenyum seraya mengucapkan terima kasih.

Ia pun sempat menerima sebuah kado berisi syal dari salah seorang penonton. Dan ia juga meminta penonton untuk menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun” versi Indonesia untuk penata suaranya yang kebetulan berulangtahun semalam.

Kembali lagi pada penampilan Feist, selain lagu-lagu dalam album terbarunya, tentunya ia menyanyikan beberapa lagu dari album-album terdahulu namun untuk kali ini diaransemen ulang agar selaras dengan warna dari lagu-lagu terbaru. Lagu-lagu lama yang dibawakan antara lain “My Moon, My Man”, “Mushaboom”, “Feel It Al”, “Let It Die”

Yang spesial dari konser Feist ini ada pada encore yang terjadi hingga dua kali. Encore alias permintaan agar musisi kembali lagi ke panggung kini sudah menjadi skenario standar dalam setiap konser musisi besar. Namun jarang terjadi lebih dari sekali.

Pada encore pertama, Feist menggebrak dengan “Sealion” dan “Let It Die.” Dan pada encore kedua, Feist mengajak Erlend Oye yang sebelumnya menjadi pembuka konser ini untuk kembali naik ke panggung untuk menyanyikan lagu yang diciptakan mereka berdua sembilan tahun lalu.

Lagu ini baru dimainkan sebanyak sembilan kali di atas panggung selama ini. Lalu Erlend dan Feist melantukan ‘The Build Up” dengan syahdu. Setelah itu menutup konser dengan “When I Was Young Girl” melalui permainan gitar Feist yang hanya diiringi permainan drum.

Konser Feist semalam bukanlah tipe konser yang akan membuat penonton menari, loncat-loncat mengikuti dentuman irama yang kencang atau terkesima akan set panggung yang megah.

Konser Feist semalam adalah pertunjukan musik yang lebih kontemplatif dan mengusik rohani serta membuat penonton terbuai dalam keindahan.


                                                                                                      
Daftar lagu yang dimainkan:
Undiscovered First
A Commotion
How Come You Never Go There
Graveyard
Mushaboom
The Circle Married The Line
So Sorry
Anti Pioneer
My Moon My Man
I Feel It All
The Bad in Each Other
Honey Honey
Comfort Me
Caught in a Long Wind
Get It Wrong, Get It Right
Encore #1
Sealion
Let It Die
Encore #2
The Build Up
Intuition
When I Was A Young Girl

Artikel ini tayang di Yahoo! Indonesia pada tanggal 16 Februari 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Day #11: The Like In I Love You

Lampau: Ulasan Album Centralismo - SORE

Enam Lagu Yang Mendefinisikan Paloh Pop